Adalah penalaran yang
bertolak dari sebuah konklusi atau kesimpulan yang didapat dari satu atau lebih
pernyataan yang lebih umum. Dalam penalaran deduktif terdapat premis, yaitu
proposisi tempat menarik kesimpulan.
Sedangkan menurut Gorys
Keraf dalam bukunya yang berjudul “Argumentasi dan Narasi”, penalaran deduktif
adalah suatu proses berpikir (penalaran yang bertolak dari sesuatu proposisi
yang sudah ada, menuju kepada suatu proposisi baru yang berbentuk kesimpulan).
Penarikan kesimpulan
secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Penarikan
secara langsung ditarik dari satu premis. Proses penalaran deduktif dapat
digambarkan sebagai berikut:
Jenis penalaran deduksi
yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu:
a. Silogisme kategorial
Silogisme
yang terjadi dari tiga proposisi.
Premis
umum: Premis Mayor (My)
Premis
khusus: Premis Minor (Mn)
Premis
simpulan: Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat
subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan
disebut term minor.
Aturan umum dalam silogisme
kategorial sebagai berikut:
1.
Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu :
term mayor, term minor, term penengah.
2.
Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu
premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
3.
Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan
simpulan.
4.
Bila salah satu premisnya negatif, simpulan
pasti negatif.
5.
Dari premis yang positif, akan dihasilkan
simpulan yang positif.
6.
Dari dua premis yang khusus tidak dapat
ditarik satu simpulan.
7.
Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat
khusus.
8.
Dari premis mayor khusus dan premis
minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh silogisme
Kategorial:
·
My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn
: Badu adalah mahasiswa
K
: Badu lulusan SLTA
·
My : Tidak ada manusia yang kekal
Mn
: Socrates adalah manusia
K
: Socrates tidak Økekal
·
My : Semua mahasiswa memiliki ijazah
SLTA.
Mn
: Amir tidak memiliki ijazah SLTA
K
: Amir bukan mahasiswa
b. Silogisme Hipotesis
Yaitu silogisme yang terdiri atas premis mayor yang
berproposisi konditional hipotesis.
Konditional
hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya
membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga
menolak konsekuen.
Contoh:
·
My : Jika tidak ada air, manusia akan
kehausan.
Mn
: Air tidak ada.
K
: Jadi, Manusia akan kehausan.
·
My : Jika tidak ada udara, makhluk hidup
akan mati.
Mn
: Makhluk hidup itu mati.
K
: Makhluk hidup itu tidak mendapat udara.
c. Silogisme Alternatif
Yaitu
silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi
alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya.
Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh
:
·
My : Nenek Sumi berada di Bandung atau
Bogor.
Mn
: Nenek Sumi berada di Bandung.
K
: Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
·
My : Nenek Sumi berada di Bandung atau
Bogor.
Mn
: Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
K
: Jadi, Nenek Sumi berada di Bandung.
d. Entimen
Silogisme
yang dapat diperpendek ini disebut entimen. Entimen silogisme ini jarang
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang
dikemukakan hanya premis minor dan simpulan. Rumus entimen:
C = B karena C = A
Atau
Kesimpulan silogisme karena premis
khusus
Contoh:
Prima harus memiliki
KTP karena ia penduduk Indonesia yang sudah berusia 17 tahun.
Entimen diatas
diturunkan:
PU: Semua penduduk
Indonesia yang sudah berusia 17 tahun harus memilik KTP.
PK: Prima penduduk
Indonesia yang sudah berusia 17 tahun.
K: Prima harus memiliki
KTP.
Sumber:
PT Galaxy Puspa Mega, Bahasa
dan Sastra Indonesia 2, Bekasi, 2005.
Keraf Gorys, Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia, 1989.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar