Sang Pemimpi dan Mimpi Kecilnya
Ini adalah kisah dimana sang pemimpi mengharapkan
sang pemimpin. Kisah dimana ia teramat sangat mengharapkan kehadiran sang
pemimpin. Kisah dimana ia mengalami satu fase dimana ia merasa jatuh dan
mencintai. Namun, ia hanya mampu menjadi pemimpi. Tak pernah ia berusaha untuk
menjadikan mimpinya itu menjadi nyata. Mari kita sebut dia (sang pemimpin)
dengan sebutan “Mimpi Kecil”.
Ia tau mimpi ini memang hanya sebatas
mimpi kosong. Ia memiliki alasan mengapa ia tidak mewujudkan mimpi kecilnya
itu.
Ia hanya mampu bermimpi. Ia hanya
mampu mengagumi. Baginya, mimpi kecilnya ini sudah menjadi “nyata”.
Sebenarnya ia sudah berdekatan dengan
mimpi kecilnya. Tapi ia tau bahwa dimata mimpi kecilnya, kedekatannya tidak
pernah memiliki makna apa-apa. Namun, baginya kedekatan ini sudah memberikan
ruang kebahagiaan yang tidak pernah bisa dinilai dengan apapun.
Mimpi kecil ini barangkali seperti
semangat kecil di hidupnya. Suara, tawa, dan candanya barangkali sudah menjadi
pemacu hidupnya. Namun, mungkin tidak sebaliknya.
Setiap kali mimpi kecil ini bercerita
tentang dirinya dan angan-angannya, ia hanya mampu tersenyum. Bahkan pernah
sekali waktu mimpi kecil ini menceritankan tentang mimpi besarnya. Mimpi yang
sudah ia mimpi-mimpikan sejak lama (wanita idaman). Dan lagi-lagi ia hanya
mampu tersenyum. Entah apakah harus berpura-pura senang? Ataukah harus
menunjukkan rasa sedihnya? Entahlah.
Tapi ya beginilah hidup. Ini adalah
konsekuensi dalam mencintai. Ia pun sudah mempersiapkan dirinya untuk hal-hal
buruk seperti ini. Barangkali Tuhan memang sudah membangunkannya dari mimpi
kecilnya. Barangkali Tuhan sudah menegurnya, bahwasayanya mimpi kecilnya itu memang hanya pantas menjadi mimpi. barangkali
Tuhan menginginkannya untuk merangkai mimpi yang lebih indah.
Yang ia pahami, Tuhan tidak akan pernah
membiarkannya terjun dan mati dalam mimpi yang salah. Yang ia pahami alur yang
sudah Tuhan gariskan adalah baik adanya. Semoga tangan ghaib-Nya senantiasa
menyertai mimpi kecilnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar