Senin, 30 April 2012

IRONI PENDIDIKAN DI INDONESIA

Apabila kita amati pendidikan di Indonesia, maka kita akan tercengang. Mengapa demikian? Hal itu disebabkan karena buruknya kualitas pendidikan di Indonesia. Contoh kecil, bisa kita lihat perbedaan yang mencolok antara kualitas pendidikan di pedesaan dengan kualitas pendidikan di perkotaan.
Pendidikan di pedesaan cendurung masih rendah kualitasnya. Hal itu bisa tercermin pada minimnya sarana dan prasarana. Seperti, bangunan sekolah yang sudah rapuh dan tak layak huni, minimnya ketersediaan bangku dan masih banyak lagi. Selain itu masih banyak pula sekolah yang status kepemilikannya belum diakui.
Sementara di perkotaan, fasiltas pendidikan sudah tergolong lebih baik dari pada di pedesaan. Sebagian besar sekolah yang ada di perkotaan, sudah memiliki bangunan sendiri yang layak untuk ditempati, sudah memiliki fasilitas pendidikan yang memadai.
Kualitas pendidikan di Indonesia amat memperhatikan, ini dapat dilihat dari data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke- 105 (1998), dan ke-109 (1999).
Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survei dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesiamenjadi heboh. Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan diIndonesia. Permasalahan ini disebabkan karena beberapa hal yang mendasar. Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang globalisasi dirasakan kuat dan terbuka.
Kendatipun pemerimtah telah mengotiamlkan anggaran pendidikan, namun masih banyak sekali PR yang mesti pemerintah kerjakan. Karena anggaran tersebut dirasa masih kurang untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Hal itu dapat kita lihat dari permasalahan-permasalahan yang terjadi pada pendidikan di Indonesia, seperti
1.    Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
Seperti yang telah diuraikan diatas, banyak sekali sekolah sekolah di Indonesia yang masih tergolong buruk. Masih banyak bangunan yang tidak layak pakai. Bahkan dibeberapa sekolah mesti rela belajar tanpa atap atau tanpa bangku. Banyak pula sekolah yang belum memiliki perpustakaan. Selain itu, untuk beberapa daerah, masih sedikit jumlah sekolah yang tersedia. Sehingga mereka (siswa) mesti rela untuk berjalan berkilo-kilo meter.
Data Balitbang Depdiknas (2003) menyebutkan untuk satuan SD terdapat 146.052 lembaga yang menampung 25.918.898 siswa serta memiliki 865.258 ruang kelas. Dari seluruh ruang kelas tersebut sebanyak 364.440 atau 42,12% berkondisi baik, 299.581 atau 34,62% mengalami kerusakan ringan dan sebanyak 201.237 atau 23,26% mengalami kerusakan berat. Kalau kondisi MI diperhitungkan angka kerusakannya lebih tinggi karena kondisi MI lebih buruk daripada SD pada umumnya. Keadaan ini juga terjadi di SMP, MTS, SMA, MA, dan SMK meskipun dengan persentase yang tidak sama.
2.    Rendahnya Kualitas Pengajar
Kualitas pengajar yang rendah juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Masih banyak sekali pengajar yang statusnya masih sebagai pengajar honorer. Hal ini mungkin menjadi salah satu alasan pengajar tersebut menjadi enggan untuk mengajar.
Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar. Persentase guru menurut kelayakan mengajar dalam tahun 2002-2003 di berbagai satuan pendidikan sbb: untuk SD yang layak mengajar hanya 21,07% (negeri) dan 28,94% (swasta), untuk SMP 54,12% (negeri) dan 60,99% (swasta), untuk SMA 65,29% (negeri) dan 64,73% (swasta), serta untuk SMK yang layak mengajar 55,49% (negeri) dan 58,26% (swasta).
3.    Rendahnya Prestasi Siswa
Di sisi lain, minat belajar siswa pun semakin menurun. Banyak diantara mereka yang belajar hanya jika akan ujian. Menyontek pun sudah menjadi budaya di Indonesia. Hal ini menjadi penyebab siswa menjadi malas belajar.
Kecanggihan teknologi pun membawa dampak buruk. Seperti, terciptanya game online. Sebagian dari anak-anak Indonesia lebih memilih untuk menghabiskan waktu untuk bermain game-online dari pada belajar.
Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat.
4.    Mahalnya Biaya Pendidikan
Sekalipun pemerintah telah mengalokasikan beberapa persen APN  untuk biaya pendidikan, namun namun hal tersebut masih belum bisa menyelesaikan masalah pendidikan di Indonesia. Masih banyak rakyat Indonesia yang menganggap biaya pendidikan di negeri kita masih tergolong mahal. 
Sehingga masih banyak masyarakat yang tidak mengenyam pendidikan secara layak. Tingkat buta huruf pun masih tergolong banyak.  Hal ini tentu menjadi pr kita semua. Bagaimana caranya supaya seluruh warga Indonesia dapat mengenyam pendidikan wajib 9 tahun. Atau bahkan hingga ke Perguruan Tinggi.
Biaya pendidikan yang terjangkau menjadi salah satu faktor yang dapat memajukan kualitas pendidikan di Indonesia. Karena dengan biaya yang terjangkau, tingkat masyarakat yang berpendidikan pun akan meningkat pula. Sehingga dengan demikian masyarakat Indonesia dapat berkembang menjadi masyarakat yang cerdas, yang dapat memajukan kesejahteraannya sendiri, juga kesejahteraan masyarakat luas.
Persentase Kelulusan
Angka kelulusan ujian nasional (UN) di Nusa Tenggara Timur (NTT) masih paling rendah di Indonesia. Untuk tingkat SMA/MA, NTT menempati peringkat pertama untuk jumlah ketidaklulusan siswa, yaitu 1.813 (5,57%) dari total peserta 32.532. Di tingkat SMK, NTT menempati peringkat keempat angka ketidaklulusan siswa, yaitu 450 (3,56%) dari total peserta 12.624.

Secara nasional, total siswa yang tidak lulus dalam UN 2011 mencapai 16.098, sedangkan siswa yang lulus 1.450.498. Jumlah ketidaklulusan siswa itu terdiri dari siswa SMA/MA sebanyak 11.443 (0,78%) dan siswa SMK 4.655 (0,49%). UN kali ini diikuti 1.461.941 peserta SMA/MA dari 16.835 sekolah, dan 942.698 peserta SMK dari 8.074 sekolah.
Angka ketidaklulusan UN SMA/MA juga cukup tinggi terjadi di Bangka Belitung, yaitu 250 (4,14%) dari 6.035 peserta, Kalimantan Tengah 595 (4%) dari 14.880 peserta, Papua 430 (3,28%) dari 13.090 peserta, dan Aceh 1.701 (3,19%) dari 53.387 peserta. Untuk DKI Jakarta angka ketidaklulusan mencapai 271 (0,48%) dari 55.938 peserta.

Solusi dari permasalahan pendidikan di Indonesia
Menurut pendapat saya, solusi utama dari permasalahan pendidikan di Indonesia adalah dari diri kita sendiri. Karena belajar tidak harus berada di dalam ruangan. Setiap waktu adalah belajar. Masyarakat Indonesia, mesti berkembang menjadi masyarakat yang cerdas. Memperbanyak membaca, atau memperbanyak menggali informasi dapat menjadikan kita orang yang cerdas dengan sendirinya.
Kemudian, hal lain yang dapat menjadi solusi pendidikan di Indonesia adalah dengan di tambahnya alokasi dana untuk pendidikan. Karena dengan begitu, kita dapat memperbaiki sarana dan prasarana sekolah-sekolah di Indonesia. Pemerintah pun dapat menyejahterakan guru-guru di Indonesia.  Kemudian pemerintah perlu meningkatkan standarisasi kelulusan. Dengan begitu siswa menjadi terpacu untuk belajar sungguh-sungguh. Demikan solusi menurut pandangan saya. Semoga bermanfaat untuk pembaca.

Sumber :
http://skyrider27.blogspot.com/2009/11/pendidikan-di-indonesia.html

Sabtu, 21 April 2012

PENDAPATAN NASIONAL



Pendapatan nasional dapat dilihat dengan tiga pendekatan, yaitu pendekatan nilai produksi, pendekatan pengeluaran, dan pendekatan pendapatan. Ketiga pendekatan itu akan menghasilkan jumlah pendapatan nasional yang sama besar. Karena ada tiga macam pendekatan dalam melihat pendapatan nasional, maka pendapatan nasional memiliki tiga arti.

Jadi, Pendapatan Nasional adalah :
1. Nilai semua barang dan jasa (output) yang dihasilkan suatu negara selama satu tahun.
2. Jumlah semua pengeluaran yang terjadi pada suatu negara untuk membeli barang dan jasa selama satu tahun.
3. Jumlah semua pendapatan yang diterima pemilik faktor produksi sebagai balas jasa penggunaan faktor-faktor produksi pada suatu negara selama satu tahun.

Macam-Macam Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional dapat digolongkan menjadi :

1. Produk Domestik Bruto
Produk Domestik Bruto disebut juga dengan istilah Gross Domestic Product (GDP). Produk Domestik Bruto adalah jumlah nilai barang dan jasa yang dihasilkan seluruh masyarakat di suatu negara selama satu tahun, termasuk barang dan jasa yang dihasilkan warga negara asing yang ada di wilayah negara tersebut. Sementara itu, barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan atau warga negara tersebut yang berada di luar negeri tidak dihitung ke dalam Produk Domestik Bruto.
Jadi, Produk Domestik Bruto hanya menunjukkan jumlah barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah suatu negara. Produk Domestik Bruto masih disebut bruto (kotor) karena belum dikurangi dengan penyusutan.


2. Produk Nasional Bruto
Produk Nasional Bruto disebut juga dengan istilah Gross National Product (GNP). Produk Nasional Bruto adalah jumlah nilai barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat suatu negara selama satu tahun, termasuk barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat negara tersebut yang berada di Negara lain.

Sedangkan barang dan jasa yang dihasilkan warga negara asing yang berada di wilayah negara tersebut tidak dihitung ke dalam Produk Nasional Bruto.

Produk Nasional Bruto atau GNP dapat juga dihitung dengan rumus sebagai berikut:
GNP = GDP + Pendapatan Faktor Neto dari Luar Negeri


3. Produk Nasional Neto
Produk Nasional Neto disebut juga dengan istilah Net National Product (NNP). Produk Nasional Neto adalah jumlah nilai barang dan jasa yang diperoleh dengan cara mengurangi GNP dengan penyusutan (depresiasi).

Produk Nasional Neto dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
NNP = GNP – Penyusutan

4. Pendapatan Nasional Neto
Pendapatan Nasional Neto disebut juga dengan istilah Net National Income (NNI). Pendapatan Nasional Neto adalah jumlah seluruh pendapatan yang diterima masyarakat sebagai balas jasa faktor produksi selama satu tahun setelah dikurangi pajak tidak langsung (indirect tax).

Besarnya Pendapatan Nasional Neto (NNI) diperoleh dari NNP dikurangi pajak tidak langsung yang dirumuskan sebagai berikut:
NNI = NNP - Pajak tidak langsung

5. Pendapatan Perseorangan
Pendapatan perseorangan disebut juga dengan istilah Personal Income (PI). Pendapatan Perseorangan adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat.
Tidak semua Pendapatan Nasional Neto atau Net National Income (NNI) akan sampai ke tangan setiap orang dalam masyarakat. Akan tetapi, NNI harus dikurangi dulu oleh iuran asuransi, iuran jaminan sosial, laba ditahan, pajak perseorangan dan ditambah dengan transferpayment (pembayaran pindahan).

Dengan demikian, pendapatan perseorangan (PI) dapat dirumuskan sebagai berikut:
PI = NNI - (Iuran asuransi, iuran jaminan sosial, laba ditahan, pajak perseorangan) + Transfer Payment

6. Pendapatan Bebas
Pendapatan bebas disebut juga Disposible Income (DI). Pendapatan Bebas adalah pendapatan yang sudah menjadi hak mutlak bagi penerimanya. Jadi, pendapatan bebas adalah pendapatan yang sudah siap untuk dibelanjakan.

Pendapatan bebas diperoleh dengan cara mengurangi PI dengan pajak langsung.
DI = PI - Pajak Langsung.

Adapun cara perhitungan pendapatan nasional, yaitu:

a.    Metode Produksi
Pendapatan nasional merupakan penjumlahan dari seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sector ekonomi masyarakat dalam periode tertentu.
Menjumlahkan nilai produksi yang dihasilkan oleh sector-2 produksi. Menjumlahkan nilai tambah (VA) dari masing-masing sector produksi. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Simon Kuznet dan ia mendapat nobel karenanya.
Y = [(Q1 X P1) + (Q2 X P2) + (Qn X Pn) ……]

            Contoh perhitungan:
Satu sector harga Rp.100 produksi sebanyak 10, sector 2 Rp. 400 produksi, sector 3 Rp. 500 produksi 10. Maka:
Y = (100*10) + (400*5) + (500*10) = 1000 + 2000 + 5000 = 8000

b.    Metode Pendapatan
Pendapatan nasional merupakan hasil penjumlahan dari seluruh penerimaan (rent, wage, interest, profit) yang diterima oleh pemilik factor produksi adalam suatu negara selama satu periode.
Menjumlahkan semua pendapatan dari faktor-faktor produksi (TK, modal, tanah, dan skill), bila TK menghasilkan upah = w, modal menghasilkan bunga = i, tanah menghasilkan sewa = r, dan skill menghasilkan profit = p, maka NI=ss
Y = r + w + i + p




c.    Metode Pengeluaran
Pendapatan nasional merupakan penjumlahan dari seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh seluruh rumah tangga ekonomi (RTK,RTP,RTG,RT Luar Negeri) dalam suatu Negara selama satu tahun.
Y = C + I + G + (X – M)

 


SUMBER: